Senin, 12 April 2010

Santa Teresa dari Avila, Pujangga Gereja


Di antara para wanita kudus di dalam sejarah Gereja, tak diragukan lagi St. Teresa dari Avila adalah orang yang menanggapi Kristus dengan hati yang bernyala-nyala. Ia dipanggil untuk menjadi sahabat Kristus. Teresa juga membuka jalan-jalan baru bagi kesetiaan dan pelayanan kepada Bunda Gereja yang kudus.

Masa Kanak-kanak dan Remaja

Teresa lahir di Avila, Spanyol pada tanggal 28 Maret 1515. Ayahnya bernama Alonso Sanchez de Cepeda. Ibunya Beatrice de Ahumada berasal dari keluarga bangsawan yang beriman teguh akan Kristus. Sejak kecil Teresa sudah mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya. Teresa memiliki seorang kakak perempuan, 4 orang kakak laki-laki dan 6 orang adik. Ibu Beatrice adalah istri ke-2. Istri pertama Alonso telah meninggal sebelum Alonso menikah dengan Ibu Beatrice, dan melahirkan 3 orang anak. Sejak kecil Teresa sering membicarakan Tuhan bersama kakaknya yang berusia 4 tahun lebih tua, yaitu Rodrigo. Keduanya sangat akrab dan memiliki hobi membaca mengenai kehidupan Santo/Santa.

Mereka mengagumi orang-orang kudus yang untuk selamanya dapat berjumpa dengan Allah. Pada waktu berusia 7 tahun Teresa sudah berkeinginan untuk menjadi seorang martir, karena menurut anggapannya pada waktu itu, menjadi martir adalah jalan yang tercepat dan termudah menuju surga. Oleh karena itu, Teresa mengajak Rodrigo untuk pergi ke daerah orang Mur yang kafir, dengan harapan agar mereka dipenggal kepalanya sehingga menjadi martir. Akan tetapi, di tengah perjalanan menuju daerah orang Mur, mereka bertemu dengan paman mereka di perbatasan kota. Maka rencana mereka pun diurungkan oleh sang paman yang segera mengantar mereka kembali ke rumah.

Pada saat Teresa berusia kurang lebih empat belas tahun, ibunya meninggal. Dengan penuh kesedihan dia berlutut di hadapan patung Bunda Maria saat ditinggal pergi oleh ibunya. Ia memohon agar sejak saat itu Bunda Maria menjadi Bunda pelindungnya. Karena ketulusan hati dan imannya, sejak saat itu segala permohonan doanya melalui perantaraan Bunda Maria selalu dikabulkan.

Ketika remaja Teresa memiliki penampilan yang cantik dan menarik menyerupai ibunya. Pembawaannya juga cerdas, berbakat, dan lincah. Di Avila kecantikan Teresa sangat memikat setiap orang di sekitarnya, apalagi Teresa memiliki pribadi yang menarik, ramah, dan halus perasaannya. Banyak pemuda senang bergaul dan tertarik pada Teresa sehingga ayahnya menjadi cemas dan kemudian menitipkan Teresa di biara Santa Maria Bunda Kerahiman di Avila. Biara ini didirikan pada tahun 1508 dan terkenal karena suasananya yang suci, baik, dan tenang. Keluarga-keluarga yang terkemuka di kota Avila, dengan kepercayaan penuh, menyerahkan anak gadisnya kepada para suster Agustines itu untuk dididik di asrama susteran. Di sana Teresa mengalami pertobatan dan menyadari segala kelemahannya. Dan sejak tinggal di asrama Susteran itu, Teresa rajin mengikuti kegiatan doa di asrama juga setia melakukan doa rosario.

Saat tinggal di asrama Teresa cukup kerasan karena dia merasakan sudah terbebas dari kesia-siaan duniawi dan ia berkeinginan untuk memusatkan hati dan pikirannya kepada Tuhan. Namun, saat itu dia belum memiliki ketertarikan pada panggilan hidup membiara karena masih beranggapan hidup membiara itu menakutkan dan membosankan. Pandangan ini berubah saat dia bergaul akrab dengan ibu asramanya Sr. Maria Briceno. Teresa sering bercakap-cakap dengannya dan mencurahkan segala isi hatinya kepada Sr. Maria Briceno. Tuhan memakai suster ini untuk menerangi hati dan pikiran Teresa. Suster Maria sering bercerita mengenai kebahagiaan rohani yang disediakan Tuhan bagi mereka yang melepaskan segala-galanya demi cinta kepada Tuhan. Teresa pun mulai terbuka akan rahmat Tuhan. Setelah tinggal kira-kira satu setengah tahun di asrama, Teresa minta didoakan oleh Suster Maria agar Tuhan menunjukkan panggilan hidupnya karena Teresa memiliki kerinduan untuk mengabdi kepada Tuhan secara khusus.

Menjadi Biarawati dan Saat Berahmat yang Dialaminya

Pada saat berusia 20 tahun, Teresa diterima di Biara Karmel Avila, Spanyol. Keputusan untuk memasuki biara ini begitu mantap, meskipun pada mulanya ayahnya tidak mengizinkan putri kesayangannya itu menjadi seorang biarawati. Akan tetapi, cinta Teresa bagi Tuhan tak dapat dikalahkan oleh cintanya terhadap ayah dan keluarganya.

Teresa sangat berbahagia berada di biara Karmel, dan kebahagiaan Teresa mencapai puncaknya setelah mengikrarkan kaul kebiaraannya. Sayangnya tak lama kemudian, meskipun jiwa Teresa rela mengikuti Tuhan, tubuhnya lemah. Teresa mengalami sakit keras dan menjadi lumpuh, bahkan hampir dijemput maut. Dalam penderitaan sakitnya itu Teresa semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Pada saat-saat itu ia dikaruniai banyak rahmat oleh Tuhan. Di antaranya ialah kesabaran yang tidak tergoncangkan oleh penderitaan yang dialaminya. Dia senantiasa mengucap syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan para suster yang merawatnya. Di dalam sakit lumpuh yang dideritanya beberapa tahun itu, Teresa banyak merenungkan tulisan-tulisan St. Gregorius, ajaran-ajaran Santo Hieronimus dan juga membaca buku-buku karangan santo Agustinus. Cinta kasih kepada Tuhan dan sesamanya semakin berkobar, sehingga ia juga banyak berdoa bagi pertobatan orang-orang berdosa. Selama sakitnya itu, Teresa juga bersahabat denga pamannya, Don Pedro. Ia diberi sebuah buku tentang doa mistik: Abjad Ketiga, karangan Osuna. Buku ini membimbing Teresa kepada doa kontemplasi.

Selain itu, di dalam sakitnya ini Tuhan menganugerahkan kepada Teresa kesetiaan dalam doa keheningan batin dan mengangkat jiwanya kepada doa persatuan. Pengalaman doa Teresa ini menghasilkan kemajuan rohani yang besar. Meski lumpuh, ia tetap setia menghadiri Misa Kudus untuk memohon kesembuhan bagi dirinya. Ia juga secara khusus ia setiap hari memohon doa kepada Santo Yosef dan Bunda Maria untuk membebaskan ia dari segala kelemahan dan penyakitnya.
Oleh karena kebaikan Tuhan, akhirnya Teresa mengalami mujizat yang membuat orang-orang di sekelilingnya terheran-heran. Teresa mengalami kesembuhan kendatipun amat perlahan-lahan dan disertai amat banyak penderitaan sampai-sampai terkadang ia harus merangkak menyeret tubuhnya di lantai. Namun pada akhirnya, ia dapat bangun dan berdiri lalu berjalan. Kesehatan Teresa dipulihkan oleh Tuhan berkat bantuan doa dari Santo Yosef dan Bunda Maria.

Setelah mengalami kesembuhan kesucian Teresa semakin meningkat. Dorongan yang kuat untuk lebih mengabdi Tuhan semakin berkobar dalam hatinya. Teresa senantiasa mengucap syukur atas kesembuhannya dan tidak pernah jemu mengajak orang-orang untuk menghormati keluarga suci dari Nazareth yaitu Santo Yosef dan Bunda Maria yang telah menjadi perantara doa-doa untuk kesembuhannya.

Teresa sebagai Reformatris dan Pendiri Biara-biara

Teresa adalah seorang reformatris yang melahirkan pembaharuan Karmel. Di tempat biara yang lama peraturan-peraturan bersifat longgar, sehingga para tamu mengalir ke biara tak kunjung henti. Teresa terlibat juga dengan para tamu itu karena Teresa cukup disukai dan dikenal. Namun, ternyata bagi Teresa semua hal itu hanyalah pemborosan waktu belaka. Doa dan persatuan dengan Tuhan lebih memikat hatinya. Teresa merasakan perlunya cara hidup yang lebih tertutup.

Dengan mengalami banyak tantangan dari berbagai pihak, akhirnya berdirilah sebuah biara yang baru. Sifat biara yang diperbaharui oleh Teresa ini kecil, miskin, tertutup, dan juga disiplin. Biara pertama didirikan tanggal 24 Agustus 1562, dan diserahkan ke dalam perlindungan St. Yosef. Selanjutnya Teresa mengelilingi seluruh Spanyol dan mendirikan biara-biara lain. Berkat keuletan Teresa dan dukungan dari Bapa Suci yang mendukung usaha pembaharuan ini, dalam dua tahun berdirilah 17 biara. Selain itu, dia juga menyediakan rumah-rumah untuk kontemplasi pribadi.

Teresa juga diberi izin oleh pimpinan biara untuk memperbaharui ordo Karmel pria. Memang pada masa itu sedang terjadi kebobrokan para imam. Rupanya Tuhan juga menghendaki pembaharuan tersebut, karena bersamaan pada waktu Teresa hendak memperbaharui ordo Karmel, ada seorang imam Karmelit muda yang sangat bersemangat untuk menjalani kehidupan Karmel yang lebih serius. Imam muda ini merasa apa yang dicita-citakan olehnya tidak ditemukan dalam ordonya. Tadinya ia bermaksud untuk pindah ke Biara Kartusia, suatu pertapaan yang amat keras, namun Tuhan mempertemukan imam muda ini dengan Teresa Avila. Imam muda ini tak lain adalah St. Yohanes dari Salib.

Biara pertama untuk para imam Karmel ini didirikan tahun 1568 di sebuah desa kecil Duruelo, Spanyol dengan dua penghuni, yaitu Antonius dari Yesus dan Yohanes dari salib. Kelak Yohanes Salib dipandang Teresa sebagai orang yang kudus karena mencapai tingkat kerohanian yang amat tinggi. Kepada para susternya, Teresa menganjurkan untuk memilih Yohanes Salib sebagai pembimbing rohani karena saat itu bimbingannyalah yang terbaik dan teraman.

Beberapa Karya dan Ajaran Teresa Avila

Selama hidupnya di biara, Teresa banyak menulis karangan, di antaranya riwayat hidupnya, Jalan Kesempurnaan, dan Puri Batin. Beberapa karyanya yang ia tulis merupakan buah ketaatannya kepada Bapa Pengakuannya yang meminta ia untuk menulis.

"Riwayat Hidup" mengisahkan tentang kerahiman Allah terhadap diri Teresa. Dia menceritakan kejadian-kejadian penting di masa hidupnya. Isi dari buku ini lebih ditekankan pada pembahasan tentang doa. Bagi orang yang berniat untuk belajar mengenai doa bisa sangat terbantu dengan membaca buku ini
"Puri Batin" melukiskan tentang perjalanan rohani seseorang. Di dalam buku ini, perjalanan doa diumpamakan seperti seseorang yang akan memasuki suatu puri atau istana. Banyak kesulitan dan rintangan yang harus dilaluinya sebelum sampai di ruang pusat, yaitu tempat Raja bersemayam. Maksud dari pelukisan seperti itu adalah bahwa untuk mencapai persatuan doa yang mesra dengan Allah yang melebihi segala kebahagiaan duniawi, orang harus melalui pintu doa, dengan mengatasi segala kesulitan dan rintangan. Karya ini merupakan penyempurnaan dari karangan yang sudah ditulis sebelumnya, yaitu: "Jalan Kesempurnaan".

"Jalan Kesempurnaan" ditulis oleh Teresa bagi suster-susternya dari biara pertama, Biara Santo Yosef di Avila. Tulisan ini didasari renungan-renungannya tentang doa Bapa Kami.

Karya-karya Teresa Avila mampu menyentuh hati para uskup dan Imam agar tetap memperbaharui keinginan dan kebijaksanaan serta kekudusan sehingga menjadi 'cahaya Gereja'. Dia juga mengajak kaum religius untuk mengikuti nasihat Injil dengan sempurna, serta mengobarkan gairah kaum awam Kristen dengan ajarannya tentang doa dan cinta kasih, cara universal menuju kekudusan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh St. Teresa Avila, "Doa bukanlah banyak berpikir, tetapi banyak mencinta."

Teresa meninggal pada tanggal 15 Oktober 1582. Digelarkan menjadi orang Kudus oleh Gereja tanggal 12 Maret 1622, dan juga diberi gelar Pujangga Gereja putri pertama tanggal 27 September 1970.

Beberapa Teladan Hidup Santa Teresa

Seringkali orang waktu menderita sakit mengalami pemberontakan bahkan keputusasaan. Juga dalam hidup doa adakalanya merasa kering secara rohani. Semoga dengan mengikuti teladan dan ajaran Teresa orang-orang dimampukan untuk menggunakan masa sakitnya dengan tujuan mencari kesempurnaan hidup sehingga menganggap penyakit adalah suatu rahmat yang dikehendaki Tuhan dan dapat membawakan hal-hal yang baik bagi jiwa seseorang . Juga tetap setia dalam kekeringan doanya dan selalu berusaha mencari kehendak Tuhan.

Teresa Avila memiliki penghormatan yang besar kepada Santo Yosef dan Bunda Maria dan senantiasa mengucap syukur atas kesembuhan yang dialaminya berkat perantaraan doa-doa mereka. Teresa Avila senantiasa mengingat dan merenungkan kesetiaan Bunda Maria dan Santo Yosef yang sudah memelihara Yesus, juga menghadapi penderitaan dan kepahitan yang dialami oleh keluarga Nazaret ini. Marilah kita juga mengingat saat bayi Yesus dilahirkan. Ketika itu Maria dan Yosef harus mengalami krisis, ketakutan dan kecemasan karena bayi Yesus akan dibunuh oleh Raja Herodes. Maria dan Yosef harus pergi melewati padang gurun menembus pekat dan dinginnya malam dengan memeluk bayi Yesus. Maria dan Yosef selalu mencari dan melakukan kehendak Allah.

Bagi Anda yang mungkin saat ini sedang mengalami krisis, ketakutan, atau kecemasan karena situasi yang tak menentu di dalam kehidupan ini: marilah kita belajar dan merenungkan kehidupan Santo Yosef dan Bunda Maria yang memeluk bayi Yesus, yang tidak pernah lalai untuk mencari dan melakukan kehendak Allah dalam segala kesulitan dan penderitaan mereka, sebagaimana yang dilakukan juga oleh Teresa dari Avila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar