Senin, 12 April 2010

Santo Paulus


Santo Paulus adalah penduduk asli Thebais Bawah, di Mesir. Kedua orang tuanya meninggal ketika ia berusia 15 tahun. Di usianya yang sangat muda, Santo Paulus telah menjadi seorang yatim piatu. Namun, ia memperoleh pendidikan agama yang baik dan benar. Selain sangat pandai dalam pengetahuan tentang Mesir dan Yunani, ia memiliki pribadi yang lemah lembut dan rendah hati serta takut kepada Tuhan.

Pada tahun 250 Masehi, di Mesir terjadi penganiayaan berdarah terhadap umat Kristen oleh Decius yang mengganggu kedamaian Gereja. Penganiayaan yang sangat menyeramkan telah terjadi pada masa itu. Dengan mengunakan kelicikan yang tak kentara, setan berhasil menghancurkan jiwa-jiwa manusia dengan berbagai siksaan. Penganiayaan terhadap pengikut Kristus pada zaman itu banyak dilakukan, dimana setan berusaha menghancurkan manusia melalui kedengkian dan kehormatan sebagai tipu daya setan kepada mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Misalnya, seorang pengikut Kristus yang disiksa, di mana seluruh tubuhnya dioles dengan madu kemudian dibaringkan dengan posisi punggung menghadap matahari dan tangan terikat di belakang. Betapa besar penyiksaan terhadap manusia pada masa itu, dengan sengatan lalat dan lebah di sekujur tubuh, sungguh menyiksa dan menyakiti pengikut Kristus. Yang lainnya, diikat dengan tali sutra pada sebuah ranjang lalu diturunkan pada sebuah tempat dimana terdapat seorang wanita yang telah dipekerjakan untuk membujuknya ke dalam dosa. Betapa mereka harus bertindak bijaksana untuk tidak jatuh terhadap segala perangkap si iblis. Dan mereka telah menang karena mereka lebih takut untuk berbuat dosa daripada berpikir atas segala kesenangan badaniah sesaat.

Selama keadaan bahaya ini, Santo Paulus bersembunyi di rumah seorang sahabatnya. Namun, tidak berlangsung lama karena akhirnya ia pun ditangkap dan dihadapkan ke depan pengadilan karena laporan seorang sahabatnya. Akan tetapi, ia berhasil melarikan diri ke padang gurun. Disana, Paulus menemukan banyak gua besar dari batu sebagai tempat persembunyian dari para pengumpul pada zaman Cleopatra, Ratu Mesir. Akhirnya, Paulus memilih salah satu tempat di sebuah gua itu sebagai tempat tinggalnya. Tempat itu letaknya dekat pohon palma dan suatu mata air yang jernih. Dari dedaunan pohon palma itulah Paulus membuat pakaian untuknya dan buahnya itu menjadi makanannya. Di sana ia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar penganiayaan itu segera berakhir, dan ia dapat kembali ke kampung halamannya. Namun, Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas dirinya, yaitu hidup dalam kesunyian padang gurun dalam doa dan laku tapa, lebih dekat dan mesra bersatu dengan Tuhan. Akhirnya, Paulus memutuskan untuk menetap di padang gurun itu ketika itu Paulus berusia 22 tahun. Hidup jauh dari dunia luar tidak membawa kepada diri sendiri, tetapi Paulus begitu prihatin terhadap keadaan dunia saat itu, namun ia tidak mau terlibat secara langsung. Doa dan laku tapa dilakukannya, khususnya terhadap keadaan dunia, baginya cukup untuk mengetahui bahwa ada sebuah dunia dan ia hanya berdoa agar kebajikan meningkat.

Selama tinggal di padang gurun sampai berusia 43 tahun, Santo Paulus hidup dari buah-buahan dan pohon miliknya yang terdapat di sekitar gua itu. Selanjutnya sampai saat meninggalnya, seperti Nabi Elia, ia selalu diberi makan secara ajaib berupa roti yang dibawakan setiap hari oleh seekor burung gagak. Bagaimana cara kehidupannya dan apa yang diperbuatnya selama 90 tahun, tidak diketahui. Dalam ketersembunyian yang selama ini dilakukannya, Tuhan pun berkenan agar hambanya ini dikenal sebelum meninggal dunia sebagai salah seorang saksi-Nya.

Pada masa itu, hidup pula seorang pertapa seperti Santo Paulus, namanya Santo Antonius. Namun sayang, kalau Santo Paulus adalah seorang pertapa yang rendah hati, tetapi Santo Antonius seorang pertapa yang tergoda oleh kesombongan. St. Antonius membayangkan bahwa dirinya adalah orang yang pertama hidup bertapa, jauh dari manusia dan tidak ada seorang pun yang melayani Tuhan selama yang telah dilakukannya di hutan belantara. Tuhan berkenan mewahyukan kepada Santo Antonius dalam suatu mimpi, di mana St. Antonius diperintahkan untuk pergi mencari seorang hambanya yang sempurna ini, tersembunyi di daerah yang lebih terpencil di padang gurun dibandingkan dirinya. Hamba yang sempurna itu adalah Santo Paulus.

Tak menunggu lama lagi, esok harinya Santo Antonius melakukan perjalanannya untuk mencari seorang pertapa yang belum diketahuinya seperti dalam mimpinya. Dalam perjalanannya, Santo Antonius bertemu dengan seorang Satyrs, seorang penduduk padang gurun tersebut dan salah satu orang bukan Yahudi yang ditipu untuk memuja dewa. Setelah dua hari satu malam, Santo Antonius akhirnya menemukan tempat kediaman Santo Paulus. Pertemuan antara dua pertapa ini sangat mengharukan. Mereka saling berpelukan, saling memanggil nama mereka masing-masing yang diketahui melalui wahyu Tuhan kepada mereka. Percakapan kedua pertapa ini sungguh mengharukan dan langsung terlibat percakapan yang akrab. Santo Paulus menanyakan kepada Santo Antonius, “Apakah pemujaan berhala masih merajalela?”

Namun, di tengah percakapan itu, tiba-tiba seekor burung gagak terbang mendekati mereka dan menjatuhkan sepotong roti di antara mereka berdua. Santo Paulus langsung berkata kepada sahabatnya, Santo Antonius, “Tuhan yang baik telah mengirimkan kita makan malam, seperti yang telah diterima dirinya setiap hari sebagian dari potongan roti selama 60 tahun yang telah berlalu. Kini engkau datang untuk melihatku dan Kristus telah melipatgandakan bagian para hamba-hambanya.” Mereka mengucap syukur kepada Tuhan atas makanan yang telah diterima, walaupun di hati mereka masing-masing muncul persaingan siapa yang harus membagi-bagikan roti tersebut. Perdebatan pun terjadi, Santo Antonius mengatakan bahwa Santo Paulus lebih pantas karena ia lebih tua, tetapi Santo Paulus mengatakan bahwa Santo Antonius merupakan tamunya. Akhirnya, mereka setuju untuk mengambil bagian mereka bersama-sama. Setelah itu, mereka menghabiskan sisa malam dengan berdoa dalam persatuan yang mesra dengan Tuhan.

Pagi hari berikutnya, Santo Paulus mengatakan kepada Santo Antonius bahwa ajalnya sudah dekat. Ia berpesan kepada Santo Antonius agar jenazahnya dibungkus dengan mantel milik Santo Antonius yang didapat dari Santo Athanasius, Uskup Aleksandria. Hal ini dimaksudkan oleh Santo Paulus bahwa dirinya ingin ditinggal seorang diri, berdoa tanpa seorang pun saat-saat menjelang kematiannya. Memakai mantel Santo Athanasius yang merupakan Uskup yang gigih memperjuangkan persatuan erat dalam Gereja Katolik, tiada lain sebagai rasa hormatnya kepada Santo Athanasius. Dengan berat hati, Santo Antonius mengabulkan permohonan Santo Paulus dan meninggalkannya seorang diri. Ia bergegas kembali ke tempatnya untuk memenuhi permintaan terakhir dari pertapa ini.

Setelah menemukan mantel yang diminta oleh Santo Paulus, bergegaslah Santo Antonius kembali karena takut Santo Paulus telah meninggal sebelum dirinya sampai. Dan hal itu memang terjadi. Di tengah perjalanannya, ia melihat jiwa Santo Paulus yang berbahagia terangkat ke surga disertai paduan suara malaikat, para rasul dan nabi. Dan apa yang telah dilihat oleh Santo Antonius adalah benar-benar sebuah kenyataan. Sesampainya di tempat Santo Paulus, Santo Antonius langsung menyandarkan tubuh Santo Paulus dengan posisi bersujud dan merentangkan tangannya, seolah-olah sahabatnya ini masih hidup dan dirinya sedang berlutut dan berdoa bersamanya dalam keheningan, seakan-akan ia merasakan kematian dirinya sendiri.

Setelah memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Santo Paulus, ia mengeluarkan jenazah itu dari gua. Di saat dirinya sedang kebingungan bagaimana cara untuk menggali kuburan bagi sahabatnya ini, tiba-tiba dua ekor singa muncul dengan diam-diam seakan-akan ikut berkabung dan membuat sebuah lubang yang cukup besar untuk tempat membaringkan jenazah orang kudus ini. Santo Antonius menguburkan jenazah Santo Paulus dan menyanyikan puji-pujian dan mazmur baginya. Setelah peristiwa itu, ia pulang sambil memuji Tuhan dan menceritakan semuanya kepada para rahibnya atas apa yang telah dilihat dan dialaminya.

Santo Antonius menyimpan mantel sahabatnya, Santo Paulus sebagai harta yang besar, dan mengenakannya pada perayaan besar. Mantel ini terbuat dari tempelan dedaunan pohon palem.

Santo Paulus meninggal pada tahun 342 Masehi, dalam usia 113 tahun, dimana selama 90 tahun ia hidup dalam kesunyian. Santo Paulus biasa disebut sebagai Pertapa Pertama, untuk membedakannya dengan nama Paulus yang lainnya. Jenazahnya telah dibawa ke Konstantinopel, oleh Kaisar Michael Comnenus, pada abad XII, dan kemudian ke Venisia pada tahun 1240. Raja Hungaria bernama Lewis I, mendapatkan jenazahnya dari Venesia, dan membawanya kembali ke Buda, dimana kongregasi pertapaan ini meneladan cara hidup yang telah dijalani selama ini oleh Santo Paulus.

Dalam beberapa martirologi Barat Kuno, Santo Paulus pertapa diperingati setiap tanggal 10 Januari, tetapi pada martirologi Romawi diperingati setiap tanggal 15 Januari yang merupakan anthologium Yunani.

Santo Paulus merupakan teladan pertapa kontemplatif. Seperti Nabi Elia dan Yohanes Pembaptis yang menyucikan diri di padang gurun dan Yesus sendiri yang merupakan model kehidupan para eremit. Semuanya itu tiada diragukan lagi, bahwa Roh Kuduslah yang memimpin para kudus untuk masuk ke dalam padang gurun dan mengalami persatuan yang mesra. Ditarik untuk merasakan kesunyian dan keterasingan sepenuhnya seorang diri, jauh dari keramaian merupakan salah satu jalan yang luar biasa tempat Tuhan memimpin jiwa-jiwa untuk melakukan laku tapa dan membawa pada kebahagiaan hidup yang akan datang.

Seorang pertapa kontemplatif terkenal menggambarkan model terbaik dari kehidupan eremit yang dijalankan oleh Santo Paulus dengan mengatakan, “ Santo Paulus tidak dipanggil Allah untuk tugas di luar dari kehidupan aktif. Panggilannya adalah hidup sendirian, senantiasa berbicara hanya kepada Tuhan, di tengah hutan belantara yang luas. Dan selama hampir 100 tahun, ia telah mengabaikan seluruh yang terjadi di dunia baik kemajuan ilmu pengetahuan, perkembangan agama, dan juga revolusi dari negara-negara dan kerajaan-kerajaan, bahkan ia tidak tertarik terhadap barang-barang tersebut dimana tanpa barang-barang tersebut ia tidak dapat hidup. Seperti udara yang dihirupnya, air yang diminumnya, dan roti ajaib yang digunakan untuk menopang hidupnya.” Itulah kehidupan yang dijalankan oleh Santo Paulus, pertapa pertama yang menjadi teladan bagi mereka yang terpanggil menjadi pertapa, dewasa ini.

Tuhan telah memilih Santo Paulus, seorang pertapa untuk menjadi teladan kita dengan segala kerendahannya, Santo Paulus telah menjadi besar dan contoh bagi kehidupan pertapa dewasa ini. Semoga, Santo Paulus membawa kita untuk lebih mengalami persatuan yang mesra dengan Allah.

1 komentar:

  1. Online casino site – Casino site
    With a wide variety of games available, you should be able to decide what to do, 메리트카지노 especially 1xbet korean when you want to learn the game. There are hundreds of online 카지노사이트

    BalasHapus